Monday, March 5, 2012

Djogja, kenangan itu

Aku masih suka menulis, terutama menulis tentangmu. Bagaimana kamu, kebiasaan mu, tawa usilmu, semuanya masih suka kutulis di diaryku. Padahal, setahun berlalu semenjak pertemuan itu.

9 april 2011

"mau kemana mbak?", tanyamu kala itu

"jogja"

"naik taksaka? berapa orang?"

aku diam. 

"sendiri aja?", kejarmu lagi

Ughh..aku sebenarnya malas meladeni pertanyaan seperti ini, kesanya kok kayak aku terlihat kesepian setengah mati.


"ya, ada urusan keluarga", akhirnya aku menjawab, bukan karena aku ingin betul melanjutkan basa-basi ini, tapi lebih karena aku tidak mau dianggap tidak punya sopang santun.

"oh, sendiri ya..", ujarmu menggantung.

Lima menit berlalu, kamu masih diam dan dalam diam aku memperhatikanmu. Kamu mengenakan kaos hitam kala itu, celana cargo sebatas betis dan sepatu converse. Casual and looks smart, nilaiku dalam hati. Tapi, ada yang janggal dari mata itu, entahlah, mata itu tertalu familiar untukku.

"tuuuuuuuuuuuuutttt"

Suara kereta membuyarkan lamunanku, dengan terburu -buru aku naik dan langsung mencari tempat dudukku, dekat jendela ternyata, tempat yang pas untuk berkhayal. Well, setidaknya aku tidak akan mati kebosanan tanpa teman mengobrol. Tapi tunggu dulu, hey, kenapa kamu duduk sampingku tampan? nafasku tercekat.

"wow, sepertinya kita berjodoh, mm..siapa namamu?"

aku melengos,nakal sekali senyummu kala itu

"aku masih menggunggu loh", tambahmu

"tasya"

"jangan-jangan kamu penyanyi cilik itu ya? wah ketemu artis dong"

"bukan, aku bukan artis atau siapapun yang kamu sangka, aku sedang tidak berniat beramah tamah, jadi kamu tidak perlu repot-repot mengajaku ngobrol"

"jutek", tuduhmu kala itu.

                                                                     ---------

Aku mengeluarkan ipod dari dalam tas, memutar half alive-nya secondhand dan memejamkan mata. Mencoba tidur adalah hal terbaik saat ini. Tapi ternyata tidur tidak semudah kelihatanya, berulang kali aku memejamkan mata, berulang kali pula aku terjaga. Aku menyerah. Kuputusankan untuk mengamati situasi saja. Mataku tertuju pada tempat duduk paling pojok, ada sepasang suami istri disitu.

"Sok tau banget kamu sya, belum tentu juga mereka suami istri", bisik hati kecilku.

Tentu saja aku tahu, aura kebahagiaan itu tidak bisa bohong. Lihat tatapan lelaki itu, tampak sekali cinta yang tulus disana. Tidak seperti..ah sudahlah. Percuma mengingat yang lalu.

Sebenarnya kedatanganku ke djogja adalah pelarian, lari dari kenyataan bahwa tunanganku, andre, memutuskan untuk menikahi gadis lain, gadis yang baru dikenalnya tak lebih dari dua minggu. Saat itu aku cuma bisa diam, rasanya jantungku berhenti berdetak. Aku mencintainya lebih dari seluruh hidupku dan dengan mudahnya dia mengakhiri hubungan ini. Aku kalut. Dua kali aku percobaan bunuh diri kulakukan dan entah kenapa selalu gagal. Hingga akhirnya seorang sahabat lama membujukku untuk berlibur ke kotanya, jogja.





Dan disinilah aku sekarang, didalam kereta menuju djogja. Seumur hidup aku belum pernah menginjakan kaki dikota ini, tapi kata orang kota ini sungguh indah. Penuh pesona ilmu pengetahuan, budaya dan cinta tentu saja. Lucu mengingat bagaimana aku diam-diam berharap akan mendapatkan penggantri andre disini. Jadi sepertinya ini bukan hanya sekedar liburan, tapi bisa jadi ajang pencarian jodoh.

Aku masih menikmati lamunanku sampai kamu mengusiknya. Kamu menyodorkan segelas kopi Espresso, entah beli dimana. Aku yang cinta setengah mati sama kopi tidak bisa menolak. Hmmm harum sekali aromanya, belum ada semenit aku sudah menghabiskan setengahnya. Kopi selalu membuatku tenang.

"well, jadi aku udah gak jutek lagi nih buatmu?",tanyaku geli 

"honestly, kamu lebih terlihat kesepian daripada jutek"

"oh ya? anyway makasih buat kopinya, espresso is my favorite"

"is it? bagus deh" ujarmu dengan senyum miring

God damn! kamu tampan sekali, bahkan dalam balutan senyum miring yang kalau orang lain lontarkan akan terkesan sinis, tapi tidak denganmu, siapa kamu sebenarnya? malaikatkah?

"aku dimas, ke jogja buat ambil s2 disana"

Kamu mengulurkan tangan, dengan ragu-ragu aku menyambutnya, hangat.


                                                            ------------

Dari jabat tangan itulah kita mulai dekat. Liburanku terasa menyenangkan karena selalu ada kamu yang menemani. Kamu bawa aku keliling jogja, menikmati indahnya parangtritis, makan gudeg di Malioboro, menikmati indahnya malam di alun-alun dan banyak lagi. Aku diam-diam mulai jatuh hati padamu, tidak hanya menyenangkan, kamu juga pintar luar biasa, aku seperti melihat ensiklopedi dalam dirimu. Tapi lebih dari semua itu, aku suka matamu. Tajam dan menghanyutkan.

 Dihari terakhir liburanku kamu mengajaku jogging di alun-alun, kamu ingin berbicara penting ujarmu kala itu. Apakah kamu akan memintaku menjadi pacar? Aku mulas sendiri memikirkanya. Pagi sekali aku sudah berkutat didepan kaca, gonta-ganti baju, poles sana-sini, hapus lagi poles lagi.

 “Ayolah sya, ini kan hanya jogging bukan candle light dinner atau semacamnya”

Akhirnya aku hapus semua riasanku, toh kalau dia benar-benar mencintaiku dia akan melihatku apa adanya tanpa topeng rias sialan ini.

Kamu sudah lari dua putaran ketika aku sampai, aku mengikuti disampingmu. Kamu diam saja tidak seperti biasanya. Wajahmu pucat.Jangan-jangan kamu bukan hendak memintaku jadi pacar, tapi kamu malah akan mengakui bahwa selama ini kamu mengidap penyakit mematikan dan sebentar lagi kamu akan meninggal. Sepertinya aku terlalu banyak membaca roman picisan.

“Katanya mau ngomong penting?”

Dia menghentikan larinya kemudian memandangku

Perutku kembali mulas

“Sya, will you marry me?”

“WHAT?!! Are you kidding me or something?”

“Nggak, aku nggak bercanda, kita emang baru kenal dua minggu, tapi rasanya aku sudah mengenalmu bahkan sebelum perkenalan kita, jadi maukah kau menjadi istriku? Ibu dari anak-anakku?”

Aku suprised, aku memang mencintainya dan berharap ia memintaku jadi pacarnya, tapi sekali lagi, aku kira dia akan memintaku sebagai pacarnya bukan sebagai istri. Aku masih diam, dalam sedetik aku mulai lari lagi, limbung.

9 april 2012

sya cepat sedikit, nanti kita ketinggalan kereta”, teriakmu dari luar.

“iyaaa bawel, aku kan perlu dandan”

“kamu cantik alami tanpa makeup, asal kamu tau”, kamu kecup bibirku sekilas, aku melayang. Mungkin begini rasanya bahagia bersama orang yang dicinta. Satu permintaanmu setahun yang lalu sudah kukabulkan, kini tinggal satu permintaan lagi.

“Aku akan menjadi ibu yang baik dari anak-anakmu dim, aku janji”, kutatap kembali matanya, mata yang selalu membuatku mabuk kepayang, mata yang mengingatkanku akan seseorang, seseorang itu kakakmu, masa laluku.

Setahun berlalu sejak kejadian itu, dan aku masih menulis tentangmu. Bagaimana kamu, kebiasaan mu, tawa mu, usilmu, semuanya masih suka kutulis di diaryku.





Ditulis di cikarang, 05 maret 2012